Rabu, 02 Januari 2013

Mengapa harus memakai jilbab?


Jilbab adalah identitas seorang muslimah. Jilbab merupakan pembeda antara wanita muslim dengan yang kafir. Namun pada kondisi saat ini, ternyata ada banyak hal yang perlu menjadi PR bagi kita sebagai muslim. Tidak bisa dipungkiri, seiring dengan berkembangnya peradaban dan pola pikir manusia, hakikat jilbab ternyata juga ikut mengalami pergeseran-pergeseran, entah ke arah positif mau pun negatif.
Pada dasarnya, hukum berjilbab bagi seorang wanita muslim adalah wajib seperti layaknya wajibnya sholat lima waktu bagi muslim yang sudah baligh. Kenapa wajib? Karena seperti halnya sholat lima waktu, perintah berjilbab pun ada dalilnya di dalam Al Qur’an, merupakan perintah yang datangnya langsung dari Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah di dalam QS. Al Ahzab : 59 yang artinya :“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan ternyata perintah berjilbab tidak hanya ditegaskan sekali saja, namun masih ada ayat lain yang juga memperkuat hukum berjilbab :“Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya….” ( QS. An-Nur: 31)
Kitapun sebagai muslimah diwajibkan berjilbab. Lalu apa saja sih yang selama ini menjadi kendala untuk berjilbab? Apa saja yang menjadi faktor keragu-raguan untuk berjilbab ? Ini dia beberapa kendala yang mungkin dialami oleh sebahagian saudari kita : 1.Tidak diperbolehkan oleh orangtua Nah, yang ini adalah kasus umum yang sering terjadi. Kemungkinan adalah karena masih kurangnya pemahaman orang tua tentang Islam. Maka perlu ada pendekatan personal, tapi jangan frontal.
2. Belum mengetahui adanya perintah berjilbab Mungkin karena kurangnya pengetahuan bahwa sebenarnya jilbab itu wajib bagi seluruh wanita muslim. Mungkin saja karena ia jarang mengikuti kajian Islam, belum mempelajari Al Qur’an hingga ke terjemahannya, atau mungkin karena ia tinggal di daerah konservatif, terpencil ataupun di “kawasan hitam” perkotaan.
Mungkin ada satu lagi golongan yang mengetahui ilmunya, mempunyai pemahaman yang baik terhadap Islam, namun salah menafsirkan sehingga manganggap bahwa jilbab tidak wajib karena disesuaikan dengan konsep perkembangan peradaban manusia.
3.Tuntutanprofesi
Mungkin bidang kerjanya sebagai model, pramugari, polwan, dsb. Posisi ini adalah posisi yang memang serba sulit.
4. Pandangan yang terlalu sempit. Mungkin saja karena mengatasnamakan nasionalisme atau apalah namanya, akhirnya menganggap bahwa jilbab itu merusak toleransi antar umat beragama (SARA). Padahal kalau di Indonesia sendiri, Bhinneka Tunggal Ika diartikan sebagai pemersatu bangsa sekaligus sebagai wujud penghargaan terhadap perbedaan. Jadi seharusnya jika kita masih menjunjung tinggi semboyan kita itu, maka berilah kebebasan kepada para muslimah untuk berjilbab.
5. Pengambilan sample yang salah terhadap muslimah yang berjilbab.
Hal ini misalnya dengan menganalogikan hal yang satu dengan yang lainnya. Ada orang yang berjilbab namun tingkah lakunya masih kurang sesuai dengan syari’at. Lantas hanya dengan satu sample itu maka dijadikan suatu stereotype terhadap seluruh perempuan berjilbab. Akhirnya mengambil kesimpulan dari satu pengalaman saja tanpa melihat pada banyak hal yang lain.
Akhirnya muncul pendapat bahwa lebih baik tidak berjilbab namun kelakuan baik daripada berjilbab tapi kelakuannya kurang baik. Nah, ini dia salahnya. Seharusnya kita tahu bahwa manusia diciptakan berbeda satu sama lain. Kenapa tidak kita ciptakan saja pendapat “yang terbaik adalah berjilbab dan kelakuannya baik” pada diri kita?
6. Anggapan bahwa jilbab membatasi aktivitas. Kata siapa berjilbab itu ribet dan membatasi aktivitas. Itu pasti karena belum terbiasa saja. Kalau sudah terbiasa pasti enjoy aja. Nyatanya sekarang ini justru banyak jilbaber-jilbaber yang menjadi “orang penting” di dalam organisasinya. Mereka tetap bebas bergerak, masih tetap bisa berolahraga.
“Maa anzalna alaykal qur’aana li tasqaa” (Sungguh Kami turunkan Al-Qur’an tidak untuk menyusahkanmu).
Allah menciptakan hukum Islam bukan untuk menyulitkan hambaNya melainkan untuk melindungi hambaNya. Jilbab ibarat perisai bagi muslimah, menutup aurat supaya terjaga dari pandangan pria yang bukan muhrimnya.
7. Faktor pribadi Merasa lebih cantik jika tanpa jilbab? Ah, itu salah besar. Justru jika berjilbab, kulit kita akan terlindungi debu dan panas terik matahari. Ya, ngga?!.Merasa rugi jika selagi masih muda tidak bisa berpenampilan secara bebas mengikuti trend dan mode? Waduh, dasar cewek. Emangnya zaman sekarang ga ada model jilbab yang modis ya? Ada tuh…Sudah banyak kok model-modelnya, mulai dari warna, corak dan bentuk. Tapi, disini harus tau lah membedakan antara yang jilbab syar’i (sesuai dengan syariat Islam) dengan yang hanya asal pakai saja. Jangan jadi orang yang asal pakai jilbab saja. Memakai jilbab harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam yakni menutup dada dan tidak transparan. Hal ini juga harus diikuti dengan pemakaian busana yang longgar, tidak memperlihatkan aurat dan lekuk tubuh. Jangan mau menjadi korban mode tanpa jilbab, yang mempertontonkan aura kepada siapa saja secaragratis! Takut dibilang seperti ibu-ibu? Nggak juga tuh…! (Di dalam Islam diajarkan untuk menjaga hati dan pandangan ).
Katakanlah kepada orang-orang mukmin untuk menjaga pandangan mata mereka…”(QS. An-Nur : 30).  Takut susah mendapatkan jodoh/ pekerjaan? Tunggu dulu,salah jika berpendapat seperti itu. Jodoh dan rizki adalah ketentuan Allah, jadi manusia hanya mengusahakan saja. Harus tetap optimis. Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa wanita yang baik-baik adalah untuk pria yang baik pula. Nah, perempuan sholihah berjilbab pasti bakal dipertemukan dengan pria yang baik dan sholih pula. Cinta yang tumbuh adalah cinta karena Allah.
Sedangkan pria yang menyukai wanita tidak berjilbab, ada kemungkinan bahwa cintanya bukan karena Allah tapi karena hawa nafsu. Kalau pekerjaan, carilah pekerjaan yang baik dimana hak kita sebagai muslim pun tetap dihargai. Merasa belum pantas berjilbab karena merasa belum pandai ilmu Islam? Bukan jadi masalah.
Semua butuh proses, tapi yang paling penting adalah tunaikanlah dulu kewajiban berjilbab. Setelah mampu berjilbab secara fisik, maka sedikit demi sedikit kita bisa membuat jilbab untuk hati. Semuanya itu secara bertahap, tidak bisa seketika. Seperti halnya proses penciptaan manusia dan alam semesta, proses perbaikan diri pun bertahap tidak seketika jadi.
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,…(QS. Huud :7)
8. Fitnah terhadap Islam yang selama ini tersebar. Mungkin jika di tanah air pada tahun-tahun sebelumnya pernah tersebar isu jilbab “ninja”, maka yang sekarang muncul adalah isu terorisme yang mana Islam dikambinghitamkan, bahkan perempuan bercadar ikut dicurigai.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah saat orang-orang yang mengaku beragama Islam juga ikut memojokkan Islam dengan mencurigai wanita berjilbab lebar, pria berjenggot maupun madrasah-madrasah. Hal inilah salah satu yang menjadi kekhawatiran masyarakat tentang pemakaian jilbab, dalam artian takut terlibat menjadi orang yang dicurigai dengan hal-hal yang seperti itu, sehingga takut untuk mengenakan jilbab.
Dan masih banyak lagi faktor-faktor lain yang mungkin tidak tersebutkan disini yang mungkin anti sekalian alami di saat sekarang ini. Islam memandang jilbab / hijab / kerudung syar’i sebagai pakaian yang wajib dikenakan wanita muslimah yang telah baligh ( menstruasi ), bukan sekedar memamerkan simbol agama yang dianut.
Tapi, terkadang jilbab membuat para muslimah yang mengenakannya menjadi pusat perhatian. Jilbab sejatinya memiliki fungsi untuk menutupi mahkota wanita muslimah. Pasalnya, rambut merupakan bagian dari aurat wanita yang wajib hukumnya untuk ditutupi. Sehingga tak dapat dilihat selain muhrimnya.
Kalau mau bicara tentang pakaian wanita muslimah yang ideal dan memenuhi seluruh persyaratan, maka sebagaimana yang disepakati oleh jumhur ulama bahwa aurat wanita itu adalah seluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan. Artinya, keseluruh tubuh itu wajib ditutup dengan pakaian kecuali bagian muka dan tapak tangan saja. Sedangkan model pakaian, warna, motif, corak atau stylenya diserahkan kepada masing-masing budaya dan kebiasaan.
Asalkan kesemuanya itu memenuhi syarat standar busana muslimah yaitu :Tidak tembus pandang,Tidak ketat hingga membentuk lekuk tubuh,Tidak menyerupai pakaian laki-laki atauTidak menyerupai pakaian ?khas? milik orang kafir atau pakaian orang fasik, Benar-benar menutup dan tidak ada yang dibuka atau dibelah sedemikian rupa sehingga bisa memperlihatkan aurat. Dari berbagai sumber

1 komentar:

Posting Komentar